Senin, 11 April 2011

Cerita Generasi M. A. Kurdi

Mohammad Makhfuld
WAKTU adalah KEHIDUPAN.

Jika digunakan untuk membaca, ia akan menjadi sumber kebijaksanaan.

Jika digunakan untuk berpikir, ia akan menjadi kekuatan.

Jika ia digunakan untuk berdo'a, ia akan menjadi keberkahan dan rahmat.

Jika ia digunakan untuk bekerja, ia akan membawa keberhasilan.

Jika ia digunakan untuk beramal kebaikan, ia akan menghantarkannya ke SURGA.

Semua itu adalah kewajiban seorang hamba terhadap ALLAH, Tuhan manusia.

Gunakanlah waktu untuk kehidupan yang sebenarnya.

Sesungguhnya kewajiban seorang hamba di dunia lebih banyak daripada waktu yang tersedia untuknya.

Semoga bermanfaat....

Mohammad Makhfuld
Sebuah Renungan tentang "KESUKSESAN"

Sukses itu sederhana,
sukses tidak ada hubungan dengan menjadi kaya raya,
sukses itu tidak serumit / serahasia seperti kata Kiyosaki / Tung Desem Waringin / the Secret.
Sukses itu tidak perlu dikejar.
SUKSES adalah ANDA!
Karena kesuksesan terbesar ada
pada diri Anda sendiri...

Bagaimana Anda tercipta dari
pertarungan jutaan sperma untuk membuahi 1 ovum, itu adalah sukses pertama Anda!

Bagaimana Anda bisa lahir
dengan anggota tubuh sempurna
tanpa cacat, itulah kesuksesan Anda kedua...

Ketika Anda ke sekolah bahkan bisa menikmati sampai studi S1,
di saat yg sama setiap menit ada 10 siswa drop out karena tidak mampu bayar biaya sekolah, itulah sukses Anda ketiga...

Ketika Anda bisa bekerja di
perusahaan ,di saat yg sama 46 juta org menjadi pengangguran, itulah kesuksesan Anda keempat.

Ketika Anda masih bisa makan
3x sehari, di saat ada 3 juta orang mati kelaparan setiap bulannya itulah kesuksesan Anda yang kelima...

Sukses terjadi setiap hari.
Namun Anda tidak pernah
menyadarinya.

Sukses selalu dibiaskan oleh
penulis buku laris supaya bukunya bisa terus2an jadi best seller, dengan membuat sukses menjadi hal yg rumit & sukar didapatkan.. .
Sukses tidak melulu soal
harta, rumah mewah,mobil sport, jam Rolex, pensiun muda,
menjadi pengusaha,punya kolam renang/ helikopter, punya istri cantik spt Donald Trump & resort mewah di Karibia... Atau suami ganteng, keren like Tom cruise or else Ơ̴͡.̮ >̴̴̴̴̴͡

Sukses sejati seaslinya adalah:
"Hidup dengan Penuh Syukur" :)


Mohammad Makhfuld

Kiat Memilih Kata : Mengganti ‘Bangga’ Dengan ‘Syukur’
 
Kiat Memilih Kata : Mengganti ‘Bangga’ Dengan ‘Syukur’...
Oleh Muhaimin Iqbal
Kamis, 21 April 2011 08:22
Dalam suatu perjalanan ke negeri Jiran belum lama ini, tidak sengaja saya mendengarkan ceramah yang indah dari seorang ustadzah yang menganjurkan jama’ahnya untuk meninggalkan semua kata ‘bangga’ dan menggantinya dengan kata ‘syukur’. Sepintas kedengarannya agak lucu dan saat itu saya berpikir apalah artinya kata. Namun alhamdulillah setelah saya renungkan cukup lama, saya menjadi faham betapa besar pengaruh dari pemilihan kata ini dalam membentuk sikap kita terhadap segala sesuatu. Nasihat ustadzah – yang bahkan saya tidak sempat mengenal namanya ini – rupanya bermakna sangat dalam, semoga Allah merakhmatinya.

Di dalam Al-Qur’an kata bangga hampir selalu berarti atau berdampak buruk. Allah tidak menyukai orang-orang yang membanggakan diri ( antara lain 4 :36 ; 28 :76 ; 57 : 23) , kebanggaan menimbulkan perpecahan ( antara lain 23:53 ; 30: 32 : 31 :40) dan kebanggaan juga menyebabkan datangnya azab dan hancurnya harta ( QS 57 : 20).

Sebaliknya kata syukur selalu berkonotasi positif, mendatangkan rakhmat (54 : 34-35) , mendatangkan ridhaNya (39 : 7), dijauhkan dari bencana ( 54 : 34-35), terbebas dari siksa (4 :147), bertambahnya nikmat ( 14 : 7) dan diperintahkan langsung maupun tidak langsung dalam sejumlah ayat !.

Mari sekarang kita lihat aplikasi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari hari. Ketika negeri ini lagi bangga-bangganya dengan team sepak bola nasional kita yang berhasil menembus partai final piala AFF penghujung tahun lalu – kita ‘diingat’kan Allah dengan kekalahan telak yang meluluh lantakkan perasaan para penggemar bola di tanah air. Kegagalan di final ini nampaknya belum juga cukup, perpecahan demi perpecahan di dunia persepak bolaan tanah air-pun terjadi hingga kini. Perhatikan ini dengan kesesuaian ayat-ayat tersebut diatas.

Lantas bagaimana seharusnya kita mengungkapkan perasaan kegembiraan bangsa ini ketika para pemain olah raganya mencapai prestasi yang gemilang ?. Mengungkapkannya dengan rasa syukur dan juga dengan kata syukur. Kata-kata ‘team kebanggaan nasional’ misalnya – agar tidak berimplikasi pada kesombongan yang dihancurkan Allah – kita ganti dengan ‘team kesyukuran nasional’.

Dalam kehidupan berkeluarga juga demikian, selama ini kita anggap lumrah bila seorang ibu atau bapak membangga-kan prestasi anaknya. Maka muncullah istilah ‘anak kebanggaan orang tua’ , padahal tidak ada prestasi apapun bila Allah tidak menghendakinya – maka kata-kata inipun kita ganti dengan ‘anak kesyukuran orang tua’.

Dalam kehidupan berusaha-pun perubahan terhadap penggunaan kata ini bisa kita lakukan. Sebelum saya mendengar ceramah ustadzah tersebut diatas, ketika menyebut lima proyek yang sedang di realisir oleh para santri wirausaha di Pesantren Wira Usaha Daarul Muttaqqiin (PWDM) – saya sering menyebutnya sebagai ‘proyek-proyek kebanggaan’ kita. Kini saya takut menggunakan kata ‘proyek-proyek kebanggaan’ karena bisa berimplikasi pada kesombongan sikap – yang bisa mendatangkan azab dan kehancuran ( 57 :20) – na’udhubillahi min dzalika.

Lantas apa kata gantinya ?, kini kita gunakan penyebutan ‘proyek-proyek kesyukuran kita’. Maka ketika ada kritik konstruktif dari salah satu peserta PWDM – kok banyak proyek kita yang gagal atau tidak berhasil di realisir, sayapun tetap bisa menggunakan kata syukur tersebut – bahwa kita sangat bersyukur ada sejumlah proyek yang bisa diimplementasikan sampai sejauh ini. Perhatikan disini kata syukur bisa selalu pas dalam kondisi apapun, sedangkan kata bangga memang tidak pas untuk menggambarkan pencapaian PWDM tersebut.

Diawal-awal Anda menggantikan kata ‘bangga’ dengan ‘syukur’, Andapun mungkin akan terasa lucu karena ini terasa seperti bahasanya Upin dan Ipin. Namun tidak mengapalah lucu, kalau kita bisa menolak azab dan kehancuran dengan ridha dan bertambahnya nikmat dariNya. Amin.

Mohammad Makhfuld dari  www.geraidinar.com

Para Wali Keturunan Tionghoa?

Ini ada artikel dari www.sunatullah.com. tentang sejarah Wali Sanga di Pulau Jawa. Sebagaimana Gus Dur yg pernah menyatakan Wali Sanga sebagai keturunan Tionghoa, maka artikel ini mohon dipahami sebagai wacana sejarah saja .Buat saya juga masih merupakan tanda tanya..Apabila ada yang mempunyai bahan kiranya dapat disampaikan agar tulisan ini lebih akurat.

Benar tidak kalau umat Muslim merasa gerah, apabila mendengar bahwa delapan dari Sunan Walisongo itu adalah orang Tionghoa, padahal Nabi Muhammad SAW sendiri pernah bersabda "Tuntutlah ilmu walau sampai negeri Cina" (Al Hadits), nah pada saat itu orang Tionghoanya sendirilah yg datang ke Indonesia, sehingga mereka tidak perlu repot2 harus pergi belajar ke Tiongkok untuk menuntut ilmu disana.

Prof Slamet Mulyana pernah berusaha untuk mengungkapkan hal tsb diatas dlm bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara", tetapi pada th 1968 dilarang beredar, karena masalah ini sangat peka sekali dan mereka menilai menyangkut masalah SARA.

Kenapa demikian? Bayangkan saja yg mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa, bahkan Sultannya yg pertama pun adalah orang Tionghoa: Chen Jinwen alias Raden Patah alias Panembahan Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu).

Walisongo atau Walisanga yg berarti sembilan (songo) Wali, tetapi ada juga yg berpendapat bahwa perkataan songo ini berasal dari kata "Tsana" yg berarti mulia dalam bahasa Arab sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa kata tsb berasal dari kata "sana" dlm bhs Jawa yg berarti "tempat" Para wali tsb. mendapatkan gelar Sunan, yg berarti guru agama atau ustadz, namum perkataan Sunan itu sebenarnya diambil dari perkataan "Suhu / Saihu" yg berarti guru dalam bahasa dialek Hokkian, sebab para wali itu adalah guru2 Pesantren Hanafiyah, dari mazhab (sekte) Hanafi. "Su" singkatan dari kata "Suhu" dan " Nan " berarti selatan, sebab para penganut sekte Hanafi ini berasal dari selatan Tiongkok.



Perlu diketahui bahwa sebutan "Kyai" yg kita kenal sekarang ini sebagai sebutan untuk guru agama Islam setidak-tidaknya hingga jaman pendudukan Jepang masih digunakan untuk panggilan bagi seorang lelaki Tionghoa totok, seperti panggilan "Encek".

Walisongo ini didirikan oleh Sunan Ampel pada th 1474 yg terdiri dari 9 wali yaitu:

Sunan Ampel alias Bong Swie Ho
Sunan Drajat alias Bong Tak Keng
Sunan Bonang alias Bong Tak Ang
Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang
Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo
Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su
Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho
Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Ying hua / Tan Eng Hoat

Name - Wali Sanga dan makamnya

1.Maulana Malik Ibrahim
2.Sunan Ampel
3.Sunan Giri - Gresik
4.Sunan Bonang
5. Sunan Dradjat
6.Sunan Kalijaga - Kadilangu
7.Sunan Kudus - Kudus
8.Sunan Muria - Gunung Muria ( putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Sujinah )
9.Sunan Gunung Jati - Cirebon )



Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias raden Rahmat lahir pada th 1401 di Champa (Kamboja), ia tiba di Jawa pada th 1443. Pada saat itu di Champa banyak sekali orang Tionghoa penganut agama Muslim yg bermukim disana.

Pada th 1479 ia mendirikan Mesjid Demak. Ia juga perencana kerajaan Islam pertama di Jawa yang beribu kota di Bintoro Demak, dengan mengangkat Raden Patah alias Chen Jinwen - Tan Jin Bun sebagai Sultan yang pertama, ia itu puteranya dari Cek Kopo di Palembang.

Orang Portugis menyebut Raden Patah "Pate Rodin Sr." sebagai "persona de grande syso" (orang yg sangat bijaksana) atau "cavaleiro" (bangsawan yang mulia), walaupun demikian orang Belanda sendiri tidak percaya masak sih sultan Islam pertama di

Jawa adalah orang Tionghoa. Oleh sebab itulah Residen Poortman 1928 mendapat tugas dari pemerintah Belanda untuk menyelidikinya; apakah Raden Patah itu benar2 orang Tionghoa tulen ?

Poortman diperintahkan untuk menggeledah Kelenteng Sam Po Kong dan menyita naskah berbahasa Tionghoa, dimana sebagian sudah berusia 400 tahun sebanyak tiga Cikar / Pedati. Arsip Poortman ini dikutip oleh Parlindungan yang menulis buku yang juga kontroversial Tuanku Rao, dan Slamet Mulyana juga banyak menyitir dari buku ini.

Pernyataan Raden Patah adalah seorang Tionghoa ini tercantum dlm Serat Kanda Raden Patah bergelar Panembahan Jimbun,dan dalam Babad Tanah Jawi disebut sebagai Senapati Jimbun. Kata Jin Bun (Jinwen) dalam dialek Hokkian berarti "orang kuat".

Cucunya dari Raden patah Sunan Prawata atau Chen Muming/Tan Muk Ming adalah Sultan terakhir dari Kerajaan Demak, berambisi untuk meng-Islamkan seluruh Jawa, sehingga apabila ia berhasil maka ia bisa menjadi "segundo Turco" (seorang Sultan Turki ke II) setanding sultan Turki Suleiman I dengan kemegahannya.

Mohammad Makhfuld dari www.sunatullah.com

Sumber :
- D. A. Rinkes "De heiligen van Java"
- Jan Edel "Hikajat Hasanoeddin"
- B. J. O. Schrieke, 1916, Het Boek van Bonang - Utrecht: Den Boer
- G.W.J. Drewes, 1969 The admonitions of Seh Bari : a 16th century Javanese Muslim
text attributed to the Saint of Bonang, The Hague : Martinus Nijhoff
- De Graaf and Pigeaud "De eerste Moslimse Vorstendommen op Java" - "Islamic states in Java 1500-1700"
- Amen Budiman "Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia"
- Prof. Slamet Mulyana "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara

Mohammad Makhfuld
Santai heula atuh


Ada orang gila, ketika melihat mobil Land cruiser yg ada tulisan 4x4 dibagian belakangnya, diambilah batu lalu dicoret =16, si pemilik ketika melihat itu, akhirnya dicat lah....... hal tsb berulangkali terjadi, dicoret trus dicat lagi.......
Akhirnya si pemilik menulis di mobilnya 4x4= 16....... dgn harapan tidak dicoret lagi.......
Pada saat si orang gila tadi melihat itu, diambil batu lalu di tulis....... "PINTER".......

Moch Imam Hidayat Iskandar Wha ...ha.. enya kunaon ari matematik teh tara dianggeusken. Jiga dokter ari nulis teh 3x3, 2x3,1x1 tara dianggeuskeun, cenah sakola luhur nya?



B O D O H
SUATU hari ibu Kiem sedang ingin pergi ke pasar. Ia meminta ketiga anaknya untuk mengantarnya. Anak pertama bernama SIM, anak kedua bernama Helm, anak ketiga bernama Bodoh.
"Sim anterin ibu ke pasar, yul," ajak Bu Kiem.
"Ahhh ntar dulu deh, Bu. Saya mau makan dulu," jawab Sim.
"Helm, anterin ibu ke pasar, yuk," Bu Kiem mengajak anak keduanya.
"Ahh, Ibu. Aku mandi dulu, deh," Helm mengelak.
"Bodoh, anterin ibu ke pasar, yukkk," kata Bu Kiem.
"Ayo," jawab si Bodoh.
Di perjalanan, sepeda motor yang dikendarai Bodoh diberhentikan polisi. Si Bodoh bertanya, "Pak, kok saya diberhentiin sih?"
"Coba saya liat Sim-mu," perintah polisi.
"Lagi makan, Pak," jawab Bodoh.
"Helm-mu mana?" tanya polisi itu kebingungan.
"Lagi mandi, Pak," jawab Bodoh lagi.
"Kamu bodoh, ya?" hardik polisi itu.
"Iya, Pak. Kok, bapak tau? Hehehe," jawab Bodoh sambil tertawa kegirangan.

Mohammad Makhfuld
dikirim kembali........

Jelema Silung

Polisi mere surat tilang ka si Kampret, tapi si Kampret teu ngarasa salah.
SI Kampret sewot dan protes "Apa salah saya pak ? saya pake HELM,
punya SIM, bawa STNK, kenapa saya di tilang ?

Polisi ngajawab :"Geuleuh we nempona, maneh lulumpatan make HELM
make jaket tapi teu make motor"...

Mohammad Makhfuld 
Tutut Rukmana
Dulu rakyat Aceh pernah ingin memberi gelar pada Tutut. Dia diundang ke Aceh untuk menerima gelar tersebut. Namun saat upacara berlangsung, Tutut tidak mau menerima gelar itu dan langsung cabut pulang.
Usut punya usut ternyata gelar wanita bagi wanita Aceh adalah Cut Nya ... dan gelar buat Tutut adalah Cut Nya-Tut (terjemahan bebas: wanita yg nyatut).

Tutut yg kecewa berat berusaha menghubungi suaminya via telpon dan diterima oleh sekretarisnya.
"Halo, bisa bicara dengan Pak Rukmana?" tanya Tutut.
"Dari siapa?" jawab sang sekretaris.
"Istrinya," balas Tutut.
"Oh... tunggu sebentar, Bu Ruk," minta sang sekretaris.
Tutut langsung menutup telpon. Tutut kembali kecewa.

Ia pun langsung menghubungi Bina Graha...
"Selamat siang. Bisa bicara dg pak Presiden?" tanyanya lewat telpon.
"Dari siapa Bu?" jawab sang ajudan.
"Dari putri sulungnya, Pak," tegas Tutut dg menyisakan nada kecewa berat.
Sang ajudan pun segera menjawab, "Mohon tunggu sebentar, Bu Tut."
Lagi2 langsung Tutut menutup telpon.

Akhirnya ia memilih langsung telpon ke handphone Bapaknya. Pak Presiden mengangkat handphonenya dan Tutut berkata, "Selamat siang, Bapak. Bagaimana Bapak memberi saya nama... :( Masa' saya di Aceh dipanggil Cut Nya Tut >:O, sedangkan sekretaris suami saya memanggil saya Bu Ruk :s dan ajudan Bapak memanggil saya Bu Tut." :$
Bapak Presiden menjawab, "Ya sudah... biar ken... Tut.:O Bukan maksud mereka begitu kok." :D=D


Mohammad Makhfuld 
K̲U̲E̲ ̲I̲J̲O̲


Pembeli: Bang, ada kue ijo?
Penjual: gak jual kue ijo

(Besoknya org itu dateng lg)
Pembeli: ada kue ijo bang?
Penjual: kagak ada!


(Besoknya org itu dateng lg)
Pembeli: kue ijo nya ada bang?
Penjual: kagak ada!!! Besok loe tanya kue ijo lg gue iket trus gw paku lo!

(Org itu mikir sbntr,manggut2 trus pulang, tp besoknya dateng lg)
Pembeli: bang, ada tali?
Penjual: nah gitu dong nanya yg laen,,tp gue gak ada tali
Pembeli: ada paku bang?
Penjual: gak ada jg!
Pembeli: oh,,syukurlah.. ƘåĽ☺ begitu.....Bang, ada kue ijo?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar